Renungan Harian: Rabu, 5 Maret 2025 - Pohon Kehidupan

Renungan Harian Rabu, 5 Maret 2025 - Pohon Kehidupan Rabu, 05 Maret 2025

Pohon Kehidupan

Bacaan Alkitab: Amsal 15:4

Bayangkan sejenak. Matahari pagi menyapa daun-daun hijau pepohonan, gemerisik angin membawa semerdu melodi, dan embun pagi berkilauan bagai berlian kecil. Di tengah harmoni alam ini, berdiri kokoh sebatang pohon kehidupan. Cabang-cabangnya rimbun meneduhkan, buah-buahannya lezat menggiurkan, dan getahnya menyembuhkan. Ini bukan sekadar gambaran taman Eden, melainkan metafora indah yang tertuang dalam Amsal 15:4, "Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati."

Lidah lembut, bukan sekadar bicara pelan atau manis. Ia adalah sungai jernih yang mengalirkan kata-kata penuh empati, pengertian, dan kebaikan. Seperti getah pohon kehidupan, ia menyembuhkan luka hati, meredakan amarah, dan menumbuhkan tunas pengharapan. Bayangkanlah, saat perkataan kasar dan kritik pedas bertebaran bagai duri-duri, lidah lembut hadir bagai balsam, membalut luka dengan kelembutan. Ia mampu meredamkan konflik seperti embun menyejukkan tanah gersang. Sebaliknya, lidah curang seperti pedang berkarat, menusuk-nusuk dan meninggalkan noda bekas luka. Kata-kata kasar, kejam, dan penuh prasangka adalah racun yang menggerogoti hubungan dan membunuh sukacita. Lidah yang bercabang, berkata lain di muka dan di belakang, menebang pohon kepercayaan dan meracuni sumur komunikasi. Seperti ranting kering yang mudah terbakar, tutur kata yang ceroboh dan penuh amarah bisa memicu konflik yang menghanguskan kedamaian.

Memiliki lidah lembut bukan berarti lemah atau penurut. Ia justru menuntut kekuatan dan kendali diri. Ibarat pendekar mengayunkan pedangnya, kita perlu berlatih mengayunkan kata-kata dengan bijaksana. Pikirkan dulu sebelum bicara, pilihlah kata-kata yang membangun, bukan menghancurkan. Dengarkan lawan bicara dengan tulus, pahami perasaannya, dan berikanlah respons yang penuh respek. Menumbuhkan pohon kehidupan lidah lembut tidaklah mudah. Ia membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Kita perlu memupuknya dengan doa, perenungan firman Tuhan, dan keteladanan orang-orang saleh. Ingatlah, Yesus sendiri adalah teladan utama kelembutan. Meski menghadapi hinaan dan penolakan, Dia tetap menjawab dengan kata-kata penuh kasih dan pengampunan.


“Marilah kita berdoa, memohon hikmat agar dapat menggunakan lidah kita sebagai alat berkat, bukan senjata pemusnah.”

0 Komentar