Renungan Harian: Rabu, 22 Januari 2025 - Berpegang pada Janji Tuhan

Renungan Harian Rabu, 22 Januari 2025 - Berpegang pada Janji Tuhan
Rabu, 22 Januari 2025

Berpegang pada Janji Tuhan

Bacaan Alkitab: Mazmur 23:1-6

Jean Jacques Rousseau, filsuf asal Prancis, pernah berkata, "Ada saat-saat dalam hidup di mana kita semua berlutut sebelum suatu bencana." Kehidupan terbentang bagai lautan luas, kadang berlayar tenang, namun tak jarang diterjang badai krisis yang menggetarkan hati. Saat ombak kesulitan menghantam, saat dunia terasa runtuh, apakah kita akan terseret arus keputusasaan, atau teguh berdiri di atas karang iman?

Ya, Tuhan kita adalah Tuhan yang kuat, Tuhan yang sanggup memecah laut dan merobohkan tembok penindasan. Dalam kisah kejatuhan Mesir, Dia menyertai Musa dan kaum Israel, memandu mereka keluar dari belenggu perbudakan, melewati badai dan kekelaman, menuju tanah perjanjian yang penuh berkat. Begitu pula dalam perjalanan iman kita, Tuhan tak pernah menjanjikan langit tanpa badai. Namun, Dia berjanji selalu berada di sisi kita, menjadi jangkar penguat di tengah terjangan ombak.

Kuat menghadapi krisis bukan berarti kebal terhadap luka. Air mata kesedihan dan terguncang hati adalah ungkapan kemanusiaan kita yang wajar. Namun, kekuatan sejati bersinar saat kita memilih untuk tidak tenggelam dalam keputusasaan. Saat doa menjadi perahu yang mengarungi gelombang, saat firman Tuhan menjadi kompas penunjuk arah, saat komunitas iman menjadi jangkar persaudaraan, kita tidak lagi menjadi budak badai, melainkan pelaut yang mengarahkan haluan dengan keyakinan. Maka, hadapilah krisis dengan kepala tegak dan iman bernyala. Ingatlah, Tuhan tidak memberi beban melebihi kekuatan kita. "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Dalam pencobaan itu Ia akan memberikan jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13)

Mengingat Kristus di kayu salib adalah pengingat terkuat. Dia, Anak Allah yang kudus, menanggung penderitaan terdalam, takluk pada kuasa kegelapan, namun bangkit dalam kemenangan. Kisah-Nya bukan sekadar catatan sejarah, tetapi api pengharapan yang terus menyala. Setiap krisis yang kita hadapi adalah kesempatan untuk bersandar pada kekuatan kebangkitan-Nya, menjadi saksi hidup bahwa penderitaan tak mampu memadamkan iman, justru menjadi pentas di mana kasih Tuhan bersinar paling terang.


“Tetaplah teguh dalam iman, karena dalam krisis pun, kasih dan kuasa Tuhan terus bersinar bagi kita”

0 Komentar