Renungan Harian: Selasa, 6 Desember 2022 - Hai Mari Berhimpun

Renungan Harian: Selasa, 6 Desember 2022 - Hai Mari Berhimpun

Selasa, 6 Desember 2022

Hai Mari Berhimpun

Bacaan Alkitab: Matius 2:7-8

Banyak dari kita yang tidak asing dengan lirik lagu Natal yang berjudul “Hai Mari Berhimpun”. Dalam salah satu baitnya, liriknya berbunyi demikian:

Hai mari berhimpun dan bersukaria, Hai mari semua ke Betlehem
Lihat yang lahir Raja Bala Surga, Sembah dan puji Dia
Sembah dan puji Dia, Sembah dan puji Dia Tuhan-Mu.

Lagu ini berupa ajakan untuk berbakti atau menyembah, Yesus, Sang Mesias yang telah lahir. Yesus, adalah Raja yang patut disembah oleh setiap orang. Namun tidak demikian halnya yang dipikirkan Herodes. Herodes adalah raja yang sangat ambisius mempertahankan kekuasaannya. Ia akan mempertahankannya dengan cara apapun. Oleh sebab itu, pertanyaan dari para Majus tentang Yesus—raja orang Yahudi—yang baru dilahirkan, membuat Herodes terkejut.

Kepada orang Majus, Herodes meminta untuk menyampaikan informasi kepadanya jika mereka telah menemukan tempat/ lokasi dimana Yesus dilahirkan. Apakah kalimat ini keluar dari hati Herodes yang tulus? Sayangnya tidak! Mulutnya memang menyatakan ingin menyembah, namun hatinya tidak. Pernyataan bahwa dia akan menyembah Yesus adalah pernyataan dusta. Herodes justru bermaksud membunuh Yesus.

Dalam Lukas 4:8 dituliskan, “…Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu…”. Tuhan Yesus berkata bahwa orang percaya harus menyembah Tuhan Allah. Menyembah di sini berarti memberi nilai tertinggi bagi Tuhan dengan penghargaan yang pantas. Hal ini jelas menyangkut sikap hati dari pengertian yang benar tentang Dia. Konteks perkataan Yesus ketika berbicara mengenai menyembah (sebagaimana yang ditulis dalam Lukas 4:8) adalah ketika Iblis menawarkan tentang keindahan dunia. Tuhan Yesus menolak sebab ia memandang dan menghormati Bapa di Sorga lebih indah, lebih penting dan lebih utama dari sekedar memiliki keindahan dunia ini. Orang yang masih menghargai dunia ini lebih daripada Tuhan tidak mungkin bisa menyembah Tuhan. Di mulut, ia mungkin bisa berkata menyembah, tetapi hatinya tidak.

Saat sekali lagi kita diajak untuk menyanyikan pujian “Hai Mari Berhimpun,” kiranya hati kita sungguh-sungguh rindu untuk menyembah Tuhan. Tidak hanya di momen natal, namun menyembah Dia di sepanjang waktu hidup kita, di segala situasi dan kondisi.


Keintiman relasi dengan Tuhan dinyatakan dengan gairah
untuk senantiasa memuji dan menyembah Tuhan

0 Komentar