Menengok Sisi Lain Kota Solo di TPA Putri Cempo

Menengok Sisi Lain Kota Solo di TPA Putri Cempo

Di balik indahnya kota Solo, ternyata ada suatu daerah yang mungkin tidak kalian duga. Tanggal 22 September 2018 kemarin, Divisi Jurnalistik berkesempatan meliput tempat bermuaranya semua sampah dan limbah rumah tangga se-Solo. Tempat itu adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Mojosongo. Lokasinya ada di Jatirejo, Mojosongo, Jebres, Surakarta.

Saat kami sampai di Lapangan Mojosongo, samar kami sudah bisa mencium bau sampah. Padahal jarak lapangan dengan TPA masth sekitar 3 kilometer. Bau itu semakin tajam saat kami masuk ke pintu gerbang masuk TPA.

Pemandangan yang kami lihat di sana jauh berbeda denijan yang biasa kami lihat sehari-hari. Hamparan sampah terlihat sejauh mata memandang. Kami seperti berada di lautan sampah. Di sisi kiri dan kanan banyak bukit-bukit sampah yang tinggi. Kami mendapat informasi bahwa area TPA ini luasnya 17 hektar. Sebagai perbandingan, Solo Grand Mall itu luasnya 1,2 hektar. Jadi TPA Putri Cempo luasnya sekitar 14 kali luas Solo Grandmall. Bisa teman-teman bayangkan betapa luasnya tempat itu? Bayangkan juga, tempat seluas itu isinya sampah.

Pemandangan miris lain yang kami lihat adalah banyaknya sapi yang bebas berkeliaran di sana. Teman-teman tahu apa yang sapi-sapi itu makan? Tepat sekali, SAMPAH. Tidak peduli plastik kemasan, kotoran, atau limbah rumah tangga, semuanya dilahap. Kami fidak bisa bayangkan jtka seandainya daging sapi yang kita makan berasal dari tempat tersebut. Banyak aktivitas di sini. Truk berlalu-lalang membawa tumpukan sampah yang berasal dari setiap sudut kota Solo.

Petugas-petugas kebersihan mengoperasikan alat berat untuk meratakan sampah. Ratusan orang memilah-milah sampah plastik untuk disalurkan ke perusahaan daur ulang atau pengepul. Ketika lelah, mereka akan beristirahat di gubuk-gubuk yang berdiri seadanya di lokasi tersebut. Jangan ditanya tentang kebersihannya, gubuk-gubuk tersebut hanya terbuat dari material sisa. Ribuan lalat mengerumuni di sekitarnya. Namun, tidak ada yang terganggu. Seolah-olah itu adalah hal yang wajar.

Kami berkesempatan untuk mewawancarai salah satu pencari barang bekas disana yang bernama Ibu Lestari. Menurut Ibu Lestari yang berumur 47 tahun tersebut, TPA ini sudah ada kurang lebih 30 tahun. Ibu Lestari juga sudah bekerja mulai dari tahun 2000. Selama bekerja, Ibu Lestari memiliki kondisi yang dapat dikatakan baik-baik saja. Beliau tidak pernah mengalami penyakit serius dan hanya penyakit ringan. Nyaman atau tidaknya bekerja di tempat tersebut, Ibu Lestari harus tetap bekerja untuk menyambung hidup. Beliau dan lebih dari 200-an orang yang ada bekerja di sana menggantungkan hidupnya dari sampah.

Masalah sampah adalah masalah besar bagi Kota Solo. Putri Cempo merupakan sisi lain kota ini yang perlu mendapat perhatian lebih. Bukan cuma pengelolaannya, namun juga aspek kesehatan dan kenyamanan bagi penduduk di sekitar lokasi tersebut. Ini bukan cuma tanggung jawab pemerintah, tapi juga kita bersama. Masihkah kalian tidak peduli?

Fellysia F - Divisi Jurnalistik SMA Kristen Kalam Kudus

0 Komentar