Saat Ujian Empat Mapel SMP Kalam Kudus Diwujudkan dalam Drama

Saat Ujian Empat Mapel SMP Kalam Kudus Diwujudkan dalam Drama

Aula SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta, Kamis (5/1/2017) sejak pagi sudah dipenuhi seratusan siswa Kelas IX. Terlihat pula beberapa guru duduk di antara mereka. Sementara sepuluh siswa lain tengah sibuk menata properti atau perlengkapan yang digunakan untuk pementasan drama di panggung di hadapan mereka.

Sepuluh siswa tersebut dari kelas IX-F yang mendapatkan giliran pentas. Selain kimono yang mereka kenakan, beberapa properti yang disiapkan juga bernuansa Jepang. Di antaranya ada bambu dan Gunung Fuji. Setelah properti siap, sepuluh siswa itu pun memperkenalkan diri dan mempersembahkan drama berjudul Putri Kaguya.

“Tersebutlah kisah kakek dan istrinya yang bekerja mengambil bambu kemudian menjualnya. Suatu hari yang sejuk dan indah, sang kakek menemukan sebatang bambu yang bercahaya. Saat kakek membelah bambu itu, dia menemukan bayi perempuan cantik di dalamnya.” ungkap seorang siswa mengawali cerita.

Masing-masing dari siswa itu memerankan tokoh dalam cerita rakyat Negeri Sakura itu sekaligus menjadi penata panggung dan pembaca narasi secara bergantian. Alunan musik dan lagu berbahasa Inggris yang mewarnai jalan cerita drama itu juga dibawakan langsung oleh para siswa tersebut. Pementasan drama itu juga dibawakan langsung oleh para siswa tersebut. Pementasan drama oleh siswa Kelas IX tersebut bukan untuk merayakan awal tahun atau pun pentas seni, melainkan bagian dari kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.

“Pementasan drama ini merupakan pelaksanaan ujian praktik bagi siswa Kelas IX untuk mendapatkan nilai ujian akhir sekolah (UAS). Kami mengintegrasikan empat mata pelajaran (mapel) yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Musik, dan Seni Rupa,” ungkap Guru Bahasa Indonesia, Mario Retno Adhitya Sari.

Ujian Praktik tersebut dimulai Kamis hingga Sabtu (7/1/2017). Para siswa Kelas IX tampil secara bergiliran. “Satu hari ada tiga kelas yang mendapat giliran pentas. Masing-masing kelas yang tampil tiga kelompok sehingga dalam sehari ada sembilan kelompok yang tampil. Satu kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh siswa,” terangnya.

Jika tahun lalu pentas drama mengusung tema budaya Indonesia, Maria menyebutkan kali ini tema yang diangkat adalah Cerita Rakyat Dunia. Menurut Maria, perubahan tema dimaksudkan untuk menghindari plagiarisme. “Drama megangkt cerita rakyat dari beberapa negara yang telah kami tentukan yaitu Jepang, India, Timur Tengah, Tiongkok, Eropa, Korea, dan Amerika,” paparnya.

Melalui pementasan drama sebagai ujian praktik yang mengintegrasikan empat mapel tersebut, para siswa pun dinilai dari beberapa unsur. Untuk masing-masing mapel ditargetkan kriteria penilaian tersendiri.

Sumber:
Solopos. 6 Januari 2017. Saat Ujian Empat Mapel Diwujudkan dalam Drama, halaman I Soloraya.

0 Komentar