Renungan Harian: Jumat, 9 Mei 2025 - Benarkah Harta adalah Titipan Tuhan?

Renungan Harian Jumat, 9 Mei 2025 - Benarkah Harta adalah Titipan Tuhan
Jumat, 9 Mei 2025

Benarkah Harta adalah Titipan Tuhan?

Bacaan Alkitab : Matius 6:19-24

Ketika kita bertemu dengan seorang berkunjung ke rumah orang yang kaya harta, biasanya kita pasti mengagumi kemegahan rumahnya, indahnya hiasan-hiasan yang dipajang dan berbagai perabot perabot mewah yang ada di dalamnya. Ketika seseorang memberikan pujian kita atas segala miliknya, secara klise berkata; "semua ini hanya Titipan Tuhan." Ungkapan tersebut tidak salah, karena memang segala yang kita miliki sekarang adalah titipan TUHAN. Ketika kita diuji, barang berharga itu hilang dan tidak dapat ditemukan, apa reaksi pertama kita? menerima dengan lapang dada atau malah mengasihi dirinya sendiri.

Banyak orang rela menghamburkan uang puluhan juta mereka untuk kesenangan diri, seperti menikmati hobby, untuk refreshing dan sebagainya. Tapi untuk kepentingan gereja, akan dicari nilai uang yang terkecil di dalam dompet. Bahkan cenderung sangat perhitungan untuk memberikan persembahan di gereja, apalagi untuk berbagi dengan mereka yang susah atau kekurangan. Menyisakan dan mengabaikan makanan di piring sendiri, namun pelit dan keras hati untuk membantu sesama, padahal mereka mampu melakukannya.

Jika harta itu adalah titipan TUHAN, tentu tidak sulit untuk membantu orang lain. Karena "harta adalah titipan Tuhan" hanya slogan di mulut kita, dan tidak sejalan dengan praktek di kehidupan sehari-hari. Tepatlah yang diucapkan Tuhan Yesus kepada para murid, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat. 6: 21). “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”(1Tim. 6:10).

Kiranya setiap kita dijauhkan dari keinginan memburu harta, sebaliknya dimampukan untuk menjaga hati serta hidup dalam ucapan syukur atas setiap berkat yang kita terima setiap hari.


Jadilah berkat, karena kita diberkati untuk memberkati orang lain, dan bukan menimbun berkat tersebut.

0 Komentar