Sabar Menunggu Jawaban
Bacaan Alkitab: Mazmur 130:5
Pablo Picasso, sang maestro seni kubisme, pernah berkata, "Semua hal bisa ditunggu, asalkan ada harapan." Kalimat sederhana ini menyimpan mutiara hikmat, relevan bagi perjalanan iman kita. Berapa kali kita berdoa, memohon, berharap, namun jawaban Tuhan terasa bagai simfoni senyap? Berapa kali mimpi tertunda, penantian menguras kesabaran, dan keraguan berbisik di ruang sunyi hati? Di tengah gurat penantian itulah, iman kita diuji, dilatih untuk bersandar pada harmoni kasih dan kehendak Tuhan, bukan semesta yang sering tak bersuara.
Kitab Ibrani menenangkan kita: "Karena itu, jangan kita jemu-jemu, karena itu Allah, yang memberikan ganjaran kepada orang-orang yang mencari Dia, haruslah ditemukan oleh mereka." (Ibrani 11:6) Mencari dan menunggu bukanlah pasif, melainkan irama iman yang mengalun dalam ketergantungan pada Tuhan. Mazmur Daud pun berbisik, "Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nantikan, dan kepada firman-Nya aku berharap." (Mazmur 130:5) Penantian yang berakar pada firman Tuhan bukanlah lagu sedih ketidakpastian, melainkan simfoni iman yang bersemangat akan penggenapan janji-janji-Nya.
Ya, Tuhan tidak selalu menjawab sesuai rentang waktu manusia. Abraham dan Sara menunggu janji keturunan selama puluhan tahun, Hannah menangis bertahun-tahun rindu buah kasih, dan Daud berdoa dalam pengasingan berbulan-bulan sebelum melihat takhta Kerajaan Israel terwujud. Namun, di ruang hening penantian itu, iman bertumbuh, kepercayaan diuji, dan karakter terasah. Tuhan mengasah kesabaran kita, memperdalam ketergantungan kita, dan memperbesar kapasitas hati kita untuk menerima berkat-Nya pada waktu yang tepat.
Menunggu dengan iman bukanlah diam tak berbuat. Kita dipanggil untuk terus bertindak sesuai kehendak Tuhan, mengupayakan mimpi dengan setia, dan bersaksi tentang kasih-Nya di sepanjang jalan. Dan pada saat simfoni kehendak-Nya itu bergema, kita akan menyaksikan keajaiban kasih-Nya yang tak terduga dan bersuka dalam melodi pujian tanpa akhir.
Tuhan tidak pernah terlambat, kita hanya perlu berjalan dalam ritme kehendak-Nya yang sempurna.
0 Komentar