Renungan Harian: Senin, 25 Maret 2024 - Mengapa Harus Dia, Bukan Aku?

Renungan Harian: Senin, 25 Maret 2024 - Mengapa Harus Dia, Bukan Aku?
Senin, 25 Maret 2024

Mengapa Harus Dia, Bukan Aku?

Bacaan Alkitab: Yohanes 1:35-42

“Rumput tetangga lebih hijau,” kata peribahasa. Ada latar belakang tentu mengapa ucapan tersebut terlontar, terutama ketika melihat kehidupan orang lain yang dirasa jauh lebih beruntung, nyaman dan menyenangkan. Apalagi ketika berada dalam satu institusi, misalnya seorang siswa yang merasa cemburu temannya saja yang terus diperhatikan oleh guru. Seorang pegawai yang membanding-bandingkan apa yang diterimanya dengan apa yang diterima oleh kawannya, serta menarik kesimpulan bahwa seharusnya dialah yang menerima, bukan orang lain. Jika Tuhan mengizinkan kita ada dalam keadaan di mana kita merasa selalu dikesampingkan dibandingkan orang lain, bagaimana reaksi kita sebagai murid Kristus?

Sungguh, rasanya hanya orang-orang yang menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan dan rendah hati sajalah yang akan terbebas dari luka-luka hati. Sikap hati inilah yang ditunjukkan Andreas. Andreaslah yang memperkenalkan Petrus kepada Yesus. Andreas adalah mentornya Petrus. Tetapi, meski demikian, nama Andreas sangat jarang ditulis dalam Alkitab. Bandingkan dengan Petrus! Namanya lebih sering disebut, Petrus jauh lebih populer daripada Andreas. Andreas pun “hanya” dikenal sebagai saudara Simon. Ia tidak pernah melakukan manuver untuk menyamai Petrus. Tidak ada rasa marah, cemburu, atau iri hati menyaksikan popularitas Petrus. Andreas hanya berupaya menjadi yang terbaik bagi dirinya sendiri. Ia bersyukur dengan porsi yang sudah diberikan Tuhan kepadanya dan tetap mengerjakan dengan setia seumur hidupnya.

Setiap orang ingin diakui, diperlakukan dengan adil, atau mendapat penghargaan lebih dari orang lain. Tetapi bagaimana jika hal itu tidak terjadi? Bagaimana sikap hati kita jika orang menerima perhatian dan perlakuan lebih baik daripada kita? Apakah kita tetap menjaga hati untuk tidak terganggu dengan hal itu, ikut bersukacita dengan kesuksesan orang lain, dan tetap mengerjakan bagian kita dengan cara terbaik dan setia? Atau justru kita terus berfokus pada hal yang mengganggu hati kita itu dan sibuk mempermasalahkannya dengan orang lain?


Tidak perlu cemburu! Kerjakan saja dengan setia
setiap porsi yang Tuhan berikan kepada kita

0 Komentar