Renungan Harian: Rabu, 20 Maret 2024 Mengalah Bukan Berarti Kalah

Renungan Harian: Rabu, 20 Maret 2024 Mengalah Bukan Berarti Kalah
Rabu, 20 Maret 2024

Mengalah Bukan Berarti Kalah

Bacaan Alkitab: Kejadian 13:1-18

“Ayo, kakak mengalah sama adik, kamu kan sudah lebih besar jadi seharusnya bisa bersikap dewasa,” seperti itu nasihat yang diberikan oleh anaknya ketika mendapati mereka sedang bertengkar dan berebut sesuatu. Pada akhirnya memang biasanya sang kakak mengalah karena adik sudah menangis meraung-raung bila tidak diberi mainannya. Bila kasusnya terjadi kepada dua orang dewasa, tentu ceritanya menjadi lain, sebab kedewasaan seseorang tidak bergantung pada usianya.

Abram adalah orang pilihan Allah yang dijanjikan untuk memasuki Tanah Perjanjian. Saat berangkat dari negeri asalnya, ia membawa keponakannya yang bernama Lot. Abram dicatat sebagai orang yang sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya. Lot, keponakannya juga memiliki banyak domba, lembu dan kemah. Saat mereka tiba di tempat persinggahan, di situ konflik mulai terjadi. Memang bukan Abram dan Lot yang berkonflik secara langsung, tetapi para gembala Lot dan gembala Abram terlibat dalam perkelahian karena negeri itu tidak cukup untuk memberi makan ternak-ternak mereka. Karena itu, Abram yang berinisiatif untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.

Abram terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih tanah untuk didiami. Kejadian 13:11 “Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.” Sedangkan Abram memilih untuk menetap di tanah Kanaan. Hal yang menarik di sini adalah Abram sebagai orang yang lebih tua bahkan bisa dikatakan pengganti orang tua bagi Lot, memberikan kesempatan pertama untuk memilih. Tidak mungkin hal ini terjadi bila tidak ada kerendahan hati dalam dirinya. Sebenarnya Abram sebagai orang yang lebih berkuasa bisa saja menggunakan kedudukannya untuk memilih lebih dulu, tetapi ia merendahkan egonya dan menyelesaikan permasalahan dengan sangat bijak.

Ketika kita menghadapi konflik dengan seseorang, selalu ada rasa ingin mempertahankan ego dan menang dalam perdebatan yang terjadi. Tetapi seringkali hal itu membawa kepada permasalahan yang lebih runcing, bukan? Biarlah sebagai murid Kristus, kita belajar untuk merendahkan hati dan belajar menyelesaikan konflik dengan bijaksana.


Kerendahan hati membawa ketundukan pada kehendak Allah

0 Komentar