Renungan Harian: Kamis, 21 Maret 2024 - Bukan Tentang Saya

Renungan Harian: Kamis, 21 Maret 2024 - Bukan Tentang Saya
Kamis, 21 Maret 2024

Bukan Tentang Saya

Bacaan Alkitab: Kejadian 50:15-21

“Harta, takhta, wanita (atau pria)”, kata banyak orang menjadi idam-idaman bagi semua orang. Ketika seseorang meraihnya, kebanyakan akan memanfaatkannya sebaik-baiknya demi kepentingan dirinya. Bisa saja juga terjadi kepada pemimpin yang dapat secara sewenang-wenang menggunakan kuasa yang dimilikinya. Tetapi tidak demikian dengan Yusuf.

Yusuf telah ditunjuk untuk menjadi penguasa di tanah Mesir. Ia hanya setingkat berada di bawah Firaun dan diberikan kewenangan yang besar oleh Firaun untuk memimpin negeri Mesir. Secara khusus di masa kelimpahan dan kekeringan yang mengerikan menimpa negeri itu, dengan hikmat yang Tuhan berikan kepadanya, Yusuf berhasil. Di tengah kondisi yang sudah begitu nyaman untuknya, Yusuf harus berhadapan dengan masa lalunya yaitu saudara-saudaranya sendiri. Mereka yang menyebabkan Yusuf harus berpisah dengan ayah ibu yang mengasihinya dan menjadi budak di tanah Mesir. Bukan hal yang mudah untuk dilupakan. Dalam posisinya kini, sebenarnya Yusuf dapat berbuat apa pun untuk membalas perbuatan kakak-kakaknya. Namun, ia tidak melakukannya. Bahkan ketika ayah mereka meninggal dan saudara-saudaranya ketakutan terhadap apa yang akan Yusuf lakukan sepeninggal ayah mereka, mereka dikejutkan dengan sikap Yusuf.

Terhadap ketakutan saudara-saudaranya akan balas dendam dari Yusuf pada mereka, Yusuf menenangkan mereka dengan perkataan: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” (ay. 19). Yusuf sadar dengan segala kerendahan hatinya, bahwa hidupnya bukan tentang dia, tetapi tentang Allah. Dengan rendah hati, Yusuf memilih untuk mengampuni dan tunduk pada rencana Allah yang sempurna baginya dan keturunan Yakub, yaitu Israel. Ia tidak berlarut pada kesedihan masa lalu dan mampu melihat rencana Allah yang mereka-rekakan kebaikan baginya.

Dalam pergumulan terhadap sakit hati terhadap perilaku orang lain yang telah menyakiti hati kita dan menyusahkan hidup kita, adakah hati kita diliputi oleh dendam ataukah kita belajar rendah hati untuk menyerahkannya kepada Tuhan? Sadarkah kita bahwa hidup ini bukanlah tentang saya, tetapi tentang Tuhan dan karya-Nya yang mendatangkan kebaikan. Biarlah kita diliputi kerendahan hati untuk berserah pada Tuhan.


Kerendahan hati membawa pada kedamaian hidup bersama Tuhan

0 Komentar