Senin, 27 Maret 2023
Waktu Untuk Berbicara
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 3:1-7
Selama tiga puluh tahun, seorang wanita berkulit hitam bekerja dengan setia di sebuah lembaga pelayanan berskala global. Namun, ketika ia mengajak rekan-rekan kerjanya berdiskusi soal diskriminasi ras, ajakannya tidak mendapat sambutan. Akhirnya, pada musim semi tahun 2020—ketika isu rasisme mulai dibicarakan secara terbuka dan meluas di seluruh dunia—barulah teman-teman sepelayanannya “mau berdialog secara terbuka.” Meski dengan perasaan campur aduk dan sedih, ia tetap bersyukur untuk dialog itu, sambil bertanya-tanya mengapa baru sekarang rekan-rekannya angkat bicara.
Dalam beberapa situasi, berdiam diri adalah pilihan yang bijaksana. Raja Salomo pernah menulis dalam kitab Pengkhotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya… ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara” (Pkh. 3:1,7).
Namun, berdiam diri terhadap prasangka dan diskriminasi hanya akan mendorong meluasnya perlakuan yang merugikan dan menyakitkan. Martin Niemoeller (seorang pendeta Lutheran yang dipenjara Nazi Jerman karena menyuarakan keadilan) mengakui hal itu dalam puisi yang ditulisnya setelah perang. “Awalnya, mereka datang mencari kaum Komunis,” tulisnya, “tetapi aku diam saja karena aku bukan Komunis.” Lalu ia menambahkan, “Kemudian mereka datang mencari” orang Yahudi, orang Katolik, dan lain-lain, “tetapi aku diam saja.” Akhirnya, “mereka datang mencariku—dan saat itu, tidak ada lagi yang tersisa untuk membelaku.”
Dibutuhkan keberanian dan kasih untuk menyuarakan perlawanan terhadap diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, dengan meminta pertolongan Allah, kita sadar bahwa sekaranglah saatnya untuk berbicara. Kiranya Allah memperlengkapi aku agar dapat melihat dan merasakan akibat buruk dari diskriminasi ras, supaya aku dapat berbicara untuk membela mereka yang terluka oleh dosa ini.
Tuhan, lepaskanlah cengkeraman dari kuasa si jahat atas lidah dan hatiku untuk berlaku diskriminatif.
0 Komentar