Renungan Harian: Selasa, 13 Desember 2022 - Hai Kota Mungil Betlehem

Renungan Harian: Selasa, 13 Desember 2022 - Hai Kota Mungil Betlehem

Selasa, 13 Desember 2022

Hai Kota Mungil Betlehem

Bacaan Alkitab: Mikha 5:1-5

“Hai Kota Mungil Betlehem” adalah salah satu lagu yang sering dilantunkan di saat-saat merayakan natal. Lagu yang terdapat dalam Kidung Jemaat no 94 ini, diterjemahan dari O Little Town of Bethlehem, ciptaan Phillips Brooks, yang adalah seorang pendeta gereja Episkopal. Brooks menulis syair lagu itu pada tahun 1868, tiga tahun sesudah ia berkunjung ke Palestina. Saat ia berkunjung ke Palestina itu, ia ikut merayakan natal di Betlehem—tempat kelahiran Yesus. Pengalamannya itu membuatnya terkesan. Kenangan itulah yang akhirnya melahirkan syair lagu O Little Town of Bethlehem.

Kata “Betlehem” berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti rumah roti. Betlehem adalah sebuah kota kecil di Yehuda. Jaraknya kurang lebih 9 kilo meter dari Yerusalem, ibukota kerajaan Yehuda. Kota ini mungkin kurang diperhatikan dan diperhitungkan secara politik, sosial-ekonomi, bahkan agama. Tapi justru dari lorong gelap kota Betlehem, bersinar terang yang besar. Dari kota kecil ini muncul Raja yang besar bahkan Raja atas dunia. Dari Betlehem yang kecil, Allah membuat perkara yang besar sepanjang sejarah. Sesuatu yang tadinya dianggap tidak penting, kurang berarti, dapat dijadikan Allah sebagai sesuatu yang penting, bahkan menjadi sumber sukacita.

Cara Allah memandang dan memilih seringkali mungkin membuat kita merasa heran. Sama seperti ketika Ia menetapkan Israel menjadi umat pilihan-Nya. Israel bukanlah sebuah bangsa yang besar, bahkan sebaliknya, Israel adalah yang paling kecil dari bangsa-bangsa lain. Namun karena Allah mengasihi mereka dan memegang janji yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel, dan Allah memegang janji-Nya dengan setia.

Jika kita melihat diri kita, mungkin kita merasa bahwa kita “bukan siapa-siapa”. Atau bahkan orang lain juga berpikir demikian. Dunia bisa memberi penilaian atau bahkan label tertentu yang mengecilkan keberadaan kita. Tetapi tidak demikian halnya dengan Allah. Bagi-Nya, setiap dari kita begitu istimewa sehingga kita dijadikan sebagai biji mata-Nya yang begitu berharga.


Allah mengasihi kita begitu rupa dan kasih-Nya atas kita
tidak pernah berubah

0 Komentar