Jumat, 5 November 2021
Bersyukur Dahulu atau Bahagia Dahulu?
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 4:15-18
Manusia di dunia pasti mengejar yang namanya bahagia. Coba kita renungkan, “Bersyukur dahulu baru bahagia, atau bahagia dahulu baru bersyukur.” Untuk meraih kebahagiaan, manusia dapat meraihnya dengan banyak usaha. Rasa bahagia itu dapat terlihat di wajahnya, termasuk kita.
Bagaimana dengan rasa syukur? Kita mampu bersyukur sewaktu kita terbebas dari ancaman, selamat dari bahaya, atau terluput dari penderitaan. Rasa gembira atau bahagia sangat mempengaruhi suasana hati manusia. Berbeda dengan rasa syukur. Seseorang dapat mengucap syukur tidak tergantung pada keadaan dan atau suasana hati.
Sayangnya bukan menjadi rahasia, jika manusia sulit mengucap syukur kepada Tuhan ketika sedang diperhadapkan pada banyak kesulitan, banyak masalah, dan kekurangan. Melewati masa pandemic Covid 19 di bulan pertama terasa bahagia, bisa belajar di rumah. Tiga bulan berlalu mulai muncul rasa bingung. Enam bulan berlalu terasa lelah dan sangat membosankan. Orang tua merasa lelah harus mendampingi anak belajar di rumah. Anak merasa stress karena tidak paham dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Sementara guru juga bingung menghadapi kenormalan baru. Sungguh tidak mudah mengucap syukur di tengah situasi yang tidak baik.
Hari ini kita diingatkan dari kehidupan rasul Paulus untuk mengucap syukur. Sekalipun dia mengalami banyak masa sukar, Rasul Paulus tetap mengucap syukur kepada Tuhan. Hidup sebagai tawanan dan dipenjara karena Injil, mengalami aniaya, penolakan dan kekurangan, dia justru berkata, “Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin bayak orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.”
Bersyukur Di Tengah Kesulitan Akan Menerbitkan Matahari Bahagia.
0 Komentar