Memakai Topeng

Memakai Topeng

Kerri berusaha keras membuat orang mengagumi dirinya. Ia suka tampil gembira agar orang lain memperhatikan dan memujinya karena perangainya yang ceria. Ada yang mendukungnya karena melihat Kerri memang menolong orang-orang di komunitasnya. Namun suatu kali Kerri dengan jujur menyatakan, “Aku memang mengasihi Tuhan, tetapi adakalanya aku merasa seperti memakai topeng.” Perasaan tidak aman yang dimilikinya menjadi alasan di balik hampir semua upayanya untuk terlihat baik di mata orang lain, dan ia mengatakan sudah jenuh bersikap demikian. 

Kita semua bisa memaklumi Kerri karena tidak seorang pun dapat memiliki motivasi yang sempurna. Kita memang mengasihi Tuhan dan sesama, tetapi motivasi kita dalam menjalani kehidupan iman kita terkadang tidak lagi murni, karena bercampur dengan kerinduan kita untuk dihargai atau dipuji.Allah yang menciptakan kita menurut gambar-Nya sangat menghargai kita hingga Dia menyerahkan Anak-Nya. 

Yesus pernah berbicara tentang mereka yang bersedekah, berdoa, dan berpuasa agar diketahui orang (Mat. 6:1-6). Dia mengajar dalam Khotbah di Bukit: “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi,” “berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi,” dan “apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu . . . supaya orang melihat bahwa [kamu] sedang berpuasa” (ay.4,6,16).Melayani memang paling sering dilakukan di depan umum, tetapi kita perlu jujur dengan motivasi kita dalam melayani. Apakah kita sungguh-sungguh ingin menyenangkan hati Tuhan atau kita memakan topeng kebohongan dalam menutupi kelemahan dan keterbatasan kita. Kiranya Allah menolong kita memiliki motivasi hati yang jujur untuk melayani-Nya. 

Kerinduan hati untuk melayani Tuhan seharusnya 
didasarkan pada motivasi hati yang jujur.

0 Komentar