Sekolah Kristen Kalam Kudus Surakarta mengadakan
upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Upacara bendera
dilaksanakan pada hari Jumat, 10 November 2017 di setiap jenjang
sekolah dengan waktu bersamaan tetapi di lokasi yang berbeda.
Peringatan Hari Pahlawan tahun 2017 ini
diberi tema “Perkokoh Persatuan Membangun Negeri”. Dalam amanaynya,
Pembina upacara di setiap jenjang menyampaikan bahwa Peringatan Hari
Pahlawan 10 November merupakan salah satu bentuk penghormatan atas jasa
dan perjuangan para Pahlawan dan Pejuang. Dengan semangat pantang
menyerah dan tanpa pamrih, mereka rela mengorbankan jiwa dan raga demi
membela dan mempertahan kemerdekaan Indonesia, sebagaimana yang terjadi
pada Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Upacara peringatan hari Pahlawan di
jenjang SMP sedikit berbeda, 16 Guru SMP berdiri membawa foto pahlawan
Nasional dan membacakan pesan-pesan perjuangan dari pahlawan Nasional
tersebut. Beberapa pesan Pahlawan Nasional yang dibacakan antara lain:
1. Pesan Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang
“Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa,
kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang
mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak
akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun
dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya“.
(Disampaikan pada saat Nyi Ageng Serang
mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut / rakyat, akibat
perlakuan kaum penjajah)
2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman
“Tempat saya yang terbaik adalah
ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of
zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus”.
(Disampaikan pada jam-jam terakhir
sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit,
ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasihatinya supaya tetap
tinggal di kota untuk dirawat sakitnya)
3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso
“Right or Wrong my country, lebih-lebih
kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu
pula kita wajib memperbaikinya“.
(Pernyataannya sebagai seorang nasionalis dan patriot)
4. Pesan Pahlawan Nasional Prof. Moh. Yamin, SH
“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan
omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang
timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri“.
(Disampaikan pada konggres II di Jakarta
tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan
pemuda dan pelajar, dimana Ia menjabat sebagai sekretaris).
5. Pesan Pahlawan Nasional Supriyadi
“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi “.
(Disampaikan pada saat Supriyadi
memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk
melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang)
6. Pesan Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif
“Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama”
(Disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi Wakil Ketua DPR seluruh Sumatera)
7. Pesan Pahlawan Nasional Abdul Muis
“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang“
(Menceritakan pengalamannya di luar
negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis melakukan
kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI)
8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I
- Rumongso melu handarbeni (Merasa ikut memiliki).
- Wajib melu hangrungkebi (Wajib ikut mempertahankan).
- Mulat sario hangroso wani (Mawas diri dan berani bertanggung jawab).
(Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I)
9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura
“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit”
(Disampaikan pada saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817)
10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
(Disampaikan pada saat memperjuangkan
Irian Barat / Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan
kembali bergabung dengan NKRI).
11. Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”
(Pidato Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih
mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan
putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun
juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
12. Gubenur Suryo
“Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya)
13. Soekarno
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya
akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia.”
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
“Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”
14. Moh. Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sangat
tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan
kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau
di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini,
bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan
mencuri kekayaan Ibu Pertiwi”
15. R.A. Kartini
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2
patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa
aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tidak dapat!”
melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki
puncak gunung”.
16. Ki Hajar Dewantara
Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat)
Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)
(Semboyan yang diajarkan saat Ki Hajar
Dewantara merintis Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 dan hingga
kini masih dipakai dalam dunia pendidikan).
Selain menyampaikan pesan-pesan dari
para Pahlawan Nasional, SKKK Surakarta juga mengadakan Hening Cipta
selama 60 detik untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para pahlawan
yang telah gugur membela bangsa dan negara. Hening Cipta selama 60 detik
ini serentak dilaksanakan pada pukul 08.15 WIB.
Dengan digelarnya upacara bendera dalam
rangka memperingati hari Pahlawan ini, diharapkan semua warga Sekolah
Kristen Kalam Kudus Surakarta bisa membangun ingatan kolektif untuk
menggerakan kesadaran berbangsa dan bernegara yang diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari; memperkokoh Nilai-nilai Kepahlawanan,
Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial demi tegak dan utuhnya NKRI;
meningkatkan kebanggaan sebagai bangsa dan negara Indonesia; serta
mengimplementasikan semangat dan nilai-nilai luhur Pahlawan dalam
kehidupan sehari-hari.
0 Komentar