Peran Keluarga dalam Keberhasilan Pendidikan

Peran Keluarga dalam Keberhasilan Pendidikan

Ketika pria dan wanita bersatu dalam ikatan perkawinan, secara otomatis keluarga baru terbentuk. Sebuah keluarga terbentuk tidak hanya berfungsi untuk menjalankan fungsi biologis yakni memperoleh keturunan saja. Ternyata fungsi keluarga tidak sesederhana itu, ada tanggung jawab yang jauh lebih besar, yakni keluarga sebagai pembentuk karakter anak.

Baik buruknya karakter anak sangatlah dipengaruhi oleh kemampuan keluarga (orang tua) dalam menjalankan fungsinya. Sebuah keluarga harus mampu menjalankan fungsinya, tidak hanya terbatas pada fungsi biologis saja, keluarga harus mampu menjalankan fungsinya untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarganya (fungsi ekonomi), memberikan perlindungan (fungsi protektif), memberikan pendidikan (fungsi edukatif), memberikan kasih sayang (fungsi afeksi), mengajarkan kehidupan beragama (fungsi religius), memperkenalkan nilai dan norma (fungsi sosialisasi), menciptakan keakraban (fungsi rekreatif), dan melakukan pengawasan (kontrol sosial).

Jika keluarga, dalam hal ini orang tua, tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan menimbulkan dampak negatif. Sebagai contohnya apabila dalam suatu keluarga kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan masalah emosi, perilaku, dan bahkan kesehatan. Sehingga tak jarang dalam lingkungan sekitar kita, khususnya sekolah, kita menemui murid yang bertempramen kasar, suka berkelahi, ataupun bersikap apatis (masa bodoh) dengan lingkungan dan bahkan masa depannya.

Karakter anak sebagai hasil dari bentukan keluarga akan sangat mempengaruhi pola hubungan yang terjadi antara murid dengan teman ataupun guru. Jika kita amati secara seksama karakter masing-masing anak dengan latar belakang yang berbeda secara tidak langsung akan membentuk karakter kelas. Sebagai seorang guru, mungkin kita pernah mendapati kelas yang murid-muridnya begitu mudah dikontrol dan bahkan kita pun pernah mendapati kelas yang dirasa sulit untuk dikendalikan. Keadaan ini tentu saja sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di kelas.

Dengan demikian, guru dituntut untuk lebih mampu melakukan kontrol terhadap “kelas yang bermasalah”. Tapi apakah usaha yang dilakukan oleh guru akan berhasil? Kelihatannya PR ini tidak hanya dikerjakan oleh guru saja, tetapi juga orang tua sebagai keluarga yang mengambil bagian dalam memberikan wadah bagi anak untuk mengembangkan karakter yang baik. Bukankah inti pendidikan tidak hanya untuk mencari ilmu saja? Melainkan untuk membangun kesadaran. Bukankah sinergi antara karakter yang baik dengan kecerdasan akan melahirkan sebuah kesuksesan dari pendidikan?

Oleh: Tirza Puji Anawati

0 Komentar